1/3/13
New Year, New Targets
9/21/12
Biaya-Biaya di Phuket
Kalau mau snorkeling, jangan lupa untuk pemanasan dulu, soalnya sesampai di hostel biasanya baru kerasa pegel-pegelnya hehe..
6/5/12
7:09 PM Another Tuesday
2/5/12
Kemana saja di Jakarta?

Selama melipir di Jakarta, dapet apa aja? Kemana aja?
Hm, dapetnya? Saya dapet perbandingan! Hehe. Well, Jakarta boleh dong bangga, dengan sistem trasportasinya. Udah ada busway dengan shelter-shelternya yang jelas banget. Namun, yang paling bikin saya males adalah naik busway pada jam orang pergi atau pulang ngantor. Eiwh! Gak banget deh! Penuhnya itu loh. Saya bisa liat kepenatan luar biasa warga Jakarta kalau udah jam-jam habis maghrib, ngelihat mbak-mbak yang tidur dengan posisi duduk berhimpitan dengan muka masih penuh make up dan memangku hand-bag, ngeliatnya aja bikin saya jenuh, apalagi mbaknya ya? Yang mesti berangkat jam 7 pagi dari rumah dan berhimpitan di busway lagi jam 7 malam. Kalau rutenya Plaza Indonesia atau daerah jalan Gatot Subroto – Kemayoran sih ga papa, tapi kalau udah yang dari ujung ke ujung waduh! Saya gak bisa ngebayangin. Selain itu Jakarta punya Commuter Line, yah, kereta listrik lah ya, kereta listrik yang saya naikin dari Juanda ke Depok lumayanlah, meski ketauan barang seken dari Jepang karena masih ada sticker tulisan-tulisan Jepangnya, tapi lumayan bagus dan nyaman. Udah gitu, mas-mas pembaca pengumuman di stasiun kini semakin jelas! Kalau stasiun dulu kan, suaranya ga jelas, suaranya berisik, udah gitu cepet banget bacanya sekarang kalo denger pengumuman di stasiun seperti dengerin radio pada frekuensi yang tepat bersih dan jelas suaranya, suaranya juga suara mas-mas bukan orang tua hehe (based pengalaman di stasiun Juanda). Kalau macet udah biasa ya. Udah pada tau kalau di Jakarta pasti macet, dan perbandingan awan. Wuih, kalau hari kerja dan jam-jam operasional langit Jakarta itu abu-abu tua dan seperti terselubung kabut gitu. Kalau week-end nah, agak mendingan.
Kemana aja?
Pasar Senen : atau Senen Jaya, saling memunggungi dengan terminal Senen, nah ini toko yang penuh dengan jam tangan, kacamata, dan tas! Tapi tetep yang paling banyak jam tangan dan kacamata. Pusat grosir! Jadi kalo beli per piece mahal dibandingkan beli lusinan. Rata-rata jam tangan harganya 20-25 ribuan satunya, kalau ambilnya sepuluh misalnya, bisa jadi 15-20 ribuan satunya. Nah jam tangan disini desainnya up to date banget dah!
Thamrin City: Dari Bundaran HI atau Plaza Indonesia jalan kaki lima menit nyampe deh. Pusatnya pakaian wanita yang modis-modis, juga baju muslim, jilbab, tas-tas juga. Hmm, kalau pinter nyari bisa dapet yang bagus dan murah meriah. Di lantai 2, ada beberapa toko yang cuci gudang, jadi barang-barangnya dibanting habis-habisan, saya dapet cardigan + kaos panjang yang sepasang hanya 35 ribu, dua pieces loh!

ITC Mangga Dua: Nah gedung shopping centrenya Mangga Dua nih banyak banget. Di pinggir jalan dari shelter busway aja keliatan dua gedung besar yang tulisannya Mangga Dua tapi yang ramenya adalah Mangga Dua yang di belakang rel, kalo ga kuat jalan, dari shleter busway naik angkot yang warna biru muda yang ada tulisannya Mangga Dua-Pasar Pagi. Disini juga pusatnya baju-baju unik dan cakep-cakep, tas-tas, sepatu, dll. Tau apa yang saya beli? Piscok alias pisang coklat haha, karena di setiap lantai terdapat penjual cemilan yang nyelip-nyelip diantara counter bahkan udah kayak bar gitu, asik banget. Baju-baju disini terkenal desainnya yang modis, up to date banget, fashionable, dengan rata-rata harga 50 ribuan ke atas.
Depok: Nah, berhubung sahabat saya kuliah disini, walaupun kampusnya di Salemba, tapi kurang afdol rasanya kalau kita belum mainan ke kampus satunya. Karena yang di Salemba kampusnya di pinggir jalan, kayak gedung perkantoran pada umumnya. Karena UI Depok diluar Jakarta, kita naik commuter line dari Juanda-Depok, kira-kira sejam deh nyampe deh. Begitu turun stasiun langsung masuk jalan depan kampus, ada kandang rusa dengan rusa-rusa yang sangat kurus (kasian) sampe di kampus UI, waw kampusnya ijo banget, banyak banget ditanam pepohonan, jadi hawanya sejuk, selain itu terdapat banyak peminjaman sepeda gratis kalo mau keliling-keliling kampus, ada juga bis go green-nya loh. Nah kampusnya sih lagi sepi soalnya kan pada libur kuliah, tapi justru dipenuhi oleh mahasiswa-mahasiswa asing, rata-rata mahasiswa dari Jepang, Korea, ada juga sih yang bule-bule yang sepertinya memperdalam bahasa Indonesia. Karena mereka berseliwiran di Fakultas Ilmu Budaya. Selain itu, dilanjutkan melihat-lihat jembatan teksas (yang menghubungkan fakultas Teknik & Sastra), dan juga ngeliat perpustakaan UI yang bentuk bangunannya unik banget, sebelum pulang, mampir dulu ke pasar depok UI yang berada di bawah jalan rel kereta api! Jadi kalau ada kereta api lewat goyang-goyang gitu, tapi untuk yang klaustrofobia ga papa, soalnya cuma sebagian aja kok tokonya yang pas di bawah rel kereta yang gelap.
Dufan, Ancol, Gramedia Matraman: Yah pada tahulah ya di Dufan dan Ancol ngapain, waktu kami ke sana sayangnya angin lagi kenceng banget disertai hujan.
Kota Tua: Nah ini yang kami kunjungi sebelum beranjangsana ke Cipayung (daerah TMII) dan Tangerang, Kota Tua ini merupakan kumpulan bangunan tua dan bersejarah yang masih dilestarikan #lengkapnya baca khusus tentang Kota Tua ya.
Hm..secara garis besar tempat-tempat itulah yang saya kunjungi dalam seminggu. Always, too many places to go and so little time.
re-Unite



11/26/11
Penghujung Tahun 2011
10/3/11
Cerita tentang skripsi
Apa sih yang susah dari skripsi? Beh! Pertanyaan sialan! Jangan harap nulis skripsi itu gampang.
Bab I: PENDAHULUAN (Bayangkan, untuk menemukan suatu latar belakang yang ilmiah asli gak gampang!, mesti jungkir balik, mesti buka buku, mesti rajin online, mesti nanya sana-sini, mesti cari yang beda, mesti dapet variabel penelitian)
Bab II: TINJAUAN PUSTAKA (Nah loh, kalo yang bikin lama di bagian ini adalah TRANSLATE!!a.k.a meerjemahkan, ampun-ampun deh bahasa Inggris ilmiah itu susahnya kayak mencet jerawat yang belum mateng)
Bab III: PELAKSANAAN PENELITIAN (Untuk bisa nulis di bab ini, beh prosesnya ga pendek, penelitian yang saya jalani butuh waktu berbulan-bulan dan tentunya ongkos yang tidak sedikit *hugsss)
Bab IV: PEMBAHASAN ( Hmm...kalo bagian yang ini lama ngeditnya, belum lagi mengolah data wuh, ampun-ampun saya, pake regresi, persamaan kurva baku, dan statistika)
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN (Kesimpulan ini harus koheren sama judul skripsi jadi yaa mesti mikir kalimat apa yang cocok)
DAFTAR PUSTAKA: (Ada dua jenis Van Couver atau Harvard..fiuhh, total saya mengerjakan daftar pustaka selama enam jam!!)
DAFTAR GAMBAR, TABEL, LAMPIRAN: Yang namanya ngatur-ngatur itu asli beribet!!!!misalnya bikin titik-titik buat di daftar isi pas di tab, terus buat rata kata, supaya katanya sejajar kalau judulnya kepanjangan...
Fiuuuhhhh...emang kalau diliat dari tulisan ini ga seberapa, tapi deritanya beeehh..jangan dibilang. Belum lagi kalo printer macet, alias tinta habis..ya sudah wassalam.
Nah proses selanjutnya adalah menghadap pembimbing! Jenjeng! Bayangkan, pembimbing kan dosen yang juga punya jam terbang tinggi, jadi ya mesti nunggu selese ngajar atau tunggu waktunya untuk bisa konsultasi, kalau sudah konsultasi, dicoret-coret, pulang deh untuk perbaikan, begitu terus siklusnya. Sampe akhirnya skripsi itu dikatakan layak untuk dipresentasikan. Kalau sudah, nah perbanyakan skripsi buat disebar ke semua dosen dan ngeprint skripsi buat dosen penguji.
Memang, no pain no gain. Ini semua proses. Tapi waaaaaa..bener-bener menguji kesabaran, keterampilan, emosi, kelihaian, ketelitian, kerajinan, dan semua-muanya.
Wajarlah, kalau lagi ngerjain skripsi sampe down, sampe desperate, sampe depresi, sampe mau nyemprot semua orang.
Jujur kalau saya, depresi ya saya curcol ma temen yang senasib, sama sahabat deket, sama orang tua, daaaaaaan buka foto-foto liburan hahaha...yang terakhir ga nyambung, tapi nyata saya lakukan, yah lumayan pereda stres, liat-liat buat nyemangatain diri sendiri, dan berjanji pada diri sendiri: hm..kali ini saya akan selesaikan mati-matian, tapi abis itu, saya akan kembali berlibur. mwahahahahahaha :)) #boleh dong ah...
8/24/11
Buta Huruf di Thailand
Sewaktu saya menginjakkan kaki saya di terminal Hat Yai, well, masih lumayanlah, saya tidak terlalu merasa “lost”, saya melihat beberapa tulisan Thailand dan bahasa Inggris bersamaan di papan pengumuman, dan promosi travel agent yang ditempel di terminal, jadi saya pikir, segalanya bakal mudah. Eit, keluar dari terminal, dengungan orang berbicara sudah semakin asing, dan semua petunjuk jadi dalam bahasa Thailand yang melungker-lungker itu. Waktu saya keluar terminal, supaya ga terlalu terlihat cupu saya memutuskan untuk diem alias duduk tenang di kursi terminal sekalian ngencengin tali backpack saya dan melihat situasi di terminal yang sebelas-dua belas aja ma terminal di Indonesia, yaitu banyak calo! Karena hal itu saya dan teman saya memutuskan untuk beli sim card lokal di toko terdekat dan sekalian bertanya pada bapak pemilik toko, yang dengan ramah memberitahu untuk menuju Phuket menggunakan bis yang terdapat di terminal lain dan untuk menuju ke terminal itu bisa menggunakan tuktuk dengan tarif 80 baht (menjadi 50 baht setelah ditawar). Sambil menikmati perjalanan dengan tuktuk, semakin hilanglah huruf-huruf yang saya pahami seumur hidup saya. Papan iklan, nama toko, papan nama jalan, semuanya dalam huruf-huruf Sanskrit! Yang saya hanya lihat dalam sastra jawa kuno dan..pelajaran sejarah waktu SMP! Alhasil jadilah saya buta huruf.
Sesampai di terminal, langsung beli tiket menuju Phuket dengan harga 344 baht di loket resmi, beruntunglah, ibu petugas loket menjelaskan dengan detail bis yang digunakan, lama perjalanan, dan perbandingan dengan bis lain. Oh iya, dia menawarkan dua jenis bis yang menuju Phuket, yang pertama bis biasa 275 baht (tidak ber-ac) dan lama perjalanan sekitar delapan jam dan yang kedua bis yang bertingkat dan ber-ac dengan lama perjalanan enam jam, ehm karena perbedaannya tidak terlalu signifikan akhirnya kami memutuskan bis kedua, wah lumayan bisnya. Bersih, ber ac, dan tertib pula.
Akhirnya bis pun menuju Phuket, dan…pemandangan yang terlihat adalah..foto raja ada dimana-mana! Saya pertama pikir itu adalah salah satu bentuk sisa-sisa kampanye politik, karena pada waktu itu Thailand baru saja melantik perdana menteri yang baru, dan yang terpilih adalah perdana menteri Thailand yang cantik itu. Ya meskipun, ada beberapa juga sih yang pasang foto ratu, tapi tetep, over all, yang menang foto si raja.
Karena kecapean akibat badan ngelungker semaleman tidur di kursi kereta kayak bekicot digaremin, alhasil begitu bis jalan beberapa kilometer saya dan teman saya ketiduran, dan saat tiba-tiba bangun, #zzziiing...bis kosong! Semua penumpang sudah turun, sempet panik juga.Hah? Kan perjalanan baru dua jam, masa' sudah sampe, apalagi berhentinya di terminal gitu, untunglah ada mas-mas yang tiba-tiba nyamperin kursi kami, dan bertanya dalam bahasa inggris apakah kami menuju Phuket, dan dia menjelaskan bahwa, kami harus berganti bis karena bis ini mengalami gangguan, wah untungnya, bis yang sama persis sudah menunggu di belakang bis ini. Salut!
Selama perjalanan, saya dan temen saya selalu dikira orang Thailand dan beberapa kali pramugari bis menghampiri kami dan berbicara bahasa Thai pada kami, kalimat andalan kami adalah : “Phood Thai mai dai” yang artinya “saya ga bisa ngomong thai” hehe. Setelah itu, mulailah satu bis tahu kami bukanlah orang thailand, dan beberapa penumpang juga membantu kami dalam menerjemahkan bahasa Thai kalau-kalau si pramugari mengumumkan nama kota yang dilewati. Saya bilang pramugari karena, petugas bisnya memang berseragam rapi loh, dan ramah meskipun dengan bahasa inggris seadanya tapi saya sangat salut untuk usaha mereka memuaskan penumpang.
Nasib oh nasib buta aksara dan buta bicara di negeri orang.