1/3/13

New Year, New Targets



Meskipun ini sudah tanggal 3 tapi saya masih bolehkan ngucapin selamat tahun baru? Jujur saya orang yang tidak termasuk suka merayakan tahun baru, waktu malam 31 Desember 2012 kemarin saya malah tidur dengan nutup kuping pake earphone karena bunyi petasan dan kembang api dimana-mana. 

Tapi saya juga punya ritual untuk tahun baru kok  yaitu buat target, yaa target macem-macem bisa berupa hal yang mau saya lakukan, mau saya beli, mau saya miliki, dan lain-lain.

Misalnya pada tahun 2009 saya pengen menanam bunga matahari dan ikan maskoki sebagai peliharaan, meskipun bunga matahari di halaman akhirnya saya tinggal waktu saya pindah melanjutkan kuliah di kota lain dan maskoki yang juga sudah mati tapi seneng juga waktu memilikinya.

Tahun 2010 target saya yaitu mendaki gunung aja meskipun sekali, mau kayak Soe Hok Gie, ceileh, dan bisa tercapai karena saat itu di kampus tim pencinta alam lagi buka kegiatan yang ditujukan untuk semua mahasiswa yang mau mendaki, ga perlu jadi anggota. 

Tahun 2011 target saya  setidaknya backpacking keluar Indonesia ya biar ada track record pernah nginjak luar negerilah biar kategori tetangga ini, gara-gara target ini saya jadi punya pengalaman  kerja jadi part timer.

Tahun 2012, nah tahun kemarin saya gak bikin target macem-macem selain menyelesaikan gelar lanjutan saya.

Tahun ini rencana saya ya teteplah seputar traveling, dengan target yang masih dirahasiakan. Hehe. Selain itu, banyak target kecil-kecil yang saya buat, dan sudah saya lakukan sejak hari pertama di tahun 2013.

Target gak perlu yang muluk-muluk, dan kalau pun misalnya target belum tercapai tahun ini ya tetep usaha dong di tahun selanjutnya. Lakukan apa yang mau kamu lakukan, berawal dari mimpi atau keinginan dan usaha untuk mewujudkannya. Just like Pauolo Coelho said, "When you really want something, the universe will conspire to realize it."

Carpe Diem.

9/21/12

Biaya-Biaya di Phuket

Mungkin karena rasa bersalah akibat prokrastinasi saya untuk menulis blog ini, akhirnya saya seperti 'kesetanan' tiba-tiba pengen nulis semua perjalanan yang telah saya lakukan dalam tahun ini plus beberapa tulisan tentang perjalanan sebelumnya.

Saya merasa ulasan saya tentang backpacking saya ke Malaysia dan Thailand kok masih ngerasa kurang aja ya, serasa ada yang belum saya tulis, padahal saya janji bakal share tentang perjalanan saya terutama mengenai biaya-biaya. Baiklah ini penjelasannya:

Sesampai di terminal, lanjut naik taksi menuju Patong Beach (tempat gaulnya dan paling banyak penginapan atau hostel) dengan harga 175 Baht (setelah nawar) sesampainya kita diturunin di deket Patong Beach dimana banyak toko-toko sepanjang jalan ya kira-kira kayak di Sunset Road-nya Bali lah, dari situ muter-muter deh cari hostel, karena kita ga booking via online, jadi pakai metode go show alias masuk-tanya-masuk-tanya-compare! cari yang paling murah dan fasilitasnya yang bagus seperti kebersihan, kamar mandi di dalem, akses wi-fi, dan sarapan. Beberapa hostel ga nyediain sarapan sehingga harganya beda 20-50 Baht. Hotel yang saya tempati bagus banget untuk backapacker dan tergolong mahal, hehe karena fasilitasnya lengkap, bersih, sarapan, air anget, semuanya udah masuk, selain itu kalau ga bawa laptop, ada komputer dideket resepsionis, hotelnya kecil tapi lengkap banget, dan hampir semua yang nginep disitu orang-orang Arab yang bisa dikata menengah ke atas, karena kami ambil double bed, jadi kami share per malam 300 Baht per orang.


Malam harinya, kami keluar untuk nyari makan malam sekalian liat-liat kehidupan yang terjadi di sini,dan memang terbukti, tempat ini sangat cocok untuk hedonisme, hehe. Mulai dari club, tempat makan, tempat ngumpul sambil minum, dan lain-lain. Selain itu, show di pinggir jalan juga banyak, dengan cewek-cewek atau menyerupai cewek yang aduhai.

Sambil menelusuri jalan di pinggir pantai Phatong ini, kita sekalian liat-liat menu yang ada, hati-hati untuk yang muslim sebenernya susah banget nyari makanan yang halal, karena disini kawasan yang bisa dibilang jauh dari kawasan Muslim, jadi ya tanya aja dulu sebelum memesan, untuk harga, rata-rata restoran atau tempat makan menyediakan buku menu di depan, jadi yaaa namanya juga hemat cuek aja bolak-balik buku menu dulu, kalo ga cocok ya udah capcus aja hehe.


Hari selanjutnya, yaitu hari keliling kawasan ini, saya menyewa motor yang per harinya 200 Baht untuk mengunjungi kuil yang masuknya 100 Baht untuk dua orang, dan beberapa pantai yang kesannya agak hidden karena emang tempatnya nyempil dan agak eksklusif, tapi masuknya gratis. Emang ga cukup sih muterin semua pantai yang ada di kawasan ini dalam sehari.

Malemnya kita muter-muter ngeliat paket-paket wisata ke pulau-pulau yang sering banget dipasang sebagai iklan pariwisata Thailand, apalagi kalo ga, James Bond island, Phi-phi, Krabi, dan lain-lain.

Paket wisata ini harganya 800 Baht, ya sepaket anter-jemput naik minivan, briefing sambil minum teh anget sebelum berangkat, peminjaman life-vest dan alat snorkeling, makan siang. Enaknya sih liat poto-pota aja kali yaa...



Kalau mau snorkeling, jangan lupa untuk pemanasan dulu, soalnya sesampai di hostel biasanya baru kerasa pegel-pegelnya hehe..

6/5/12

7:09 PM Another Tuesday

 
What a life. It’s been four months since my last post, and I am so sorry for this.
Hmm, what a cold night. How are you? And how am I?

Its still another Tuesday, with many assignments I should finish, but instead finish them I just write some post from my blog.

Life is like hair fall. Some part should gone and fall and the other keep grows.
This year for me, is the hardest year I’ve ever been through. Specially some emotional issues.
Move another new place, well, actually, though since little girl I got usual move to new city with my parents but still it’s hard. 

Facing new phase of life, I just realize I am entering the real world, my study year will end sooner, and welcome to the real world. When we just have to be our own feet, when we just have to stand by our own feet.

So many things have changed, so may things happened unexpectedly. Well, don’t you hate it when something you usual do and it just must stop no matter how you tried to keep it? Either do I. 

Sometimes life gets so hard, but one thing differentiate us to some people who atheists, is that we always have God where we can lean on, never gone. 

People may can come and go in your life, many people, but in the end, there will be on one who will stay always permanently.  

Well, do you think people can change? I do believe, even the cocoon can be a beautiful butterfly, isn’t it? All we need is just time. Its ok if some people cant wait, if cocoon can change, of course we as human with feeling, rational, and other things to consider to make us better person. Mostly, what people see in us is the result, not the process that we’ve been through. At the end, people see who we are, but always, there is a special one who knows you well, who know what you’ve been through and what made you are now.Keep loving.

2/5/12

Kemana saja di Jakarta?



Hm, lama ga nulis blog, maaf ya! Sibuk soalnya. Sibuk nganggur. Sibuk senang-senang. Sibuk males-malesan. Sibuk ngurusin masalah wisuda. Dan setelah wisuda sibuk ngurusin lanjut dimana. Akhirnya disebut mahasiswa pascasarjana, euy! Nah, sambil nunggu urusan kuliah kelar, saya pergi jalan-jalan dulu lah yaaa..

Selama melipir di Jakarta, dapet apa aja? Kemana aja?

Hm, dapetnya? Saya dapet perbandingan! Hehe. Well, Jakarta boleh dong bangga, dengan sistem trasportasinya. Udah ada busway dengan shelter-shelternya yang jelas banget. Namun, yang paling bikin saya males adalah naik busway pada jam orang pergi atau pulang ngantor. Eiwh! Gak banget deh! Penuhnya itu loh. Saya bisa liat kepenatan luar biasa warga Jakarta kalau udah jam-jam habis maghrib, ngelihat mbak-mbak yang tidur dengan posisi duduk berhimpitan dengan muka masih penuh make up dan memangku hand-bag, ngeliatnya aja bikin saya jenuh, apalagi mbaknya ya? Yang mesti berangkat jam 7 pagi dari rumah dan berhimpitan di busway lagi jam 7 malam. Kalau rutenya Plaza Indonesia atau daerah jalan Gatot Subroto – Kemayoran sih ga papa, tapi kalau udah yang dari ujung ke ujung waduh! Saya gak bisa ngebayangin. Selain itu Jakarta punya Commuter Line, yah, kereta listrik lah ya, kereta listrik yang saya naikin dari Juanda ke Depok lumayanlah, meski ketauan barang seken dari Jepang karena masih ada sticker tulisan-tulisan Jepangnya, tapi lumayan bagus dan nyaman. Udah gitu, mas-mas pembaca pengumuman di stasiun kini semakin jelas! Kalau stasiun dulu kan, suaranya ga jelas, suaranya berisik, udah gitu cepet banget bacanya sekarang kalo denger pengumuman di stasiun seperti dengerin radio pada frekuensi yang tepat bersih dan jelas suaranya, suaranya juga suara mas-mas bukan orang tua hehe (based pengalaman di stasiun Juanda). Kalau macet udah biasa ya. Udah pada tau kalau di Jakarta pasti macet, dan perbandingan awan. Wuih, kalau hari kerja dan jam-jam operasional langit Jakarta itu abu-abu tua dan seperti terselubung kabut gitu. Kalau week-end nah, agak mendingan.

Kemana aja?

Pasar Senen : atau Senen Jaya, saling memunggungi dengan terminal Senen, nah ini toko yang penuh dengan jam tangan, kacamata, dan tas! Tapi tetep yang paling banyak jam tangan dan kacamata. Pusat grosir! Jadi kalo beli per piece mahal dibandingkan beli lusinan. Rata-rata jam tangan harganya 20-25 ribuan satunya, kalau ambilnya sepuluh misalnya, bisa jadi 15-20 ribuan satunya. Nah jam tangan disini desainnya up to date banget dah!

Thamrin City: Dari Bundaran HI atau Plaza Indonesia jalan kaki lima menit nyampe deh. Pusatnya pakaian wanita yang modis-modis, juga baju muslim, jilbab, tas-tas juga. Hmm, kalau pinter nyari bisa dapet yang bagus dan murah meriah. Di lantai 2, ada beberapa toko yang cuci gudang, jadi barang-barangnya dibanting habis-habisan, saya dapet cardigan + kaos panjang yang sepasang hanya 35 ribu, dua pieces loh!


ITC Mangga Dua: Nah gedung shopping centrenya Mangga Dua nih banyak banget. Di pinggir jalan dari shelter busway aja keliatan dua gedung besar yang tulisannya Mangga Dua tapi yang ramenya adalah Mangga Dua yang di belakang rel, kalo ga kuat jalan, dari shleter busway naik angkot yang warna biru muda yang ada tulisannya Mangga Dua-Pasar Pagi. Disini juga pusatnya baju-baju unik dan cakep-cakep, tas-tas, sepatu, dll. Tau apa yang saya beli? Piscok alias pisang coklat haha, karena di setiap lantai terdapat penjual cemilan yang nyelip-nyelip diantara counter bahkan udah kayak bar gitu, asik banget. Baju-baju disini terkenal desainnya yang modis, up to date banget, fashionable, dengan rata-rata harga 50 ribuan ke atas.

Depok: Nah, berhubung sahabat saya kuliah disini, walaupun kampusnya di Salemba, tapi kurang afdol rasanya kalau kita belum mainan ke kampus satunya. Karena yang di Salemba kampusnya di pinggir jalan, kayak gedung perkantoran pada umumnya. Karena UI Depok diluar Jakarta, kita naik commuter line dari Juanda-Depok, kira-kira sejam deh nyampe deh. Begitu turun stasiun langsung masuk jalan depan kampus, ada kandang rusa dengan rusa-rusa yang sangat kurus (kasian) sampe di kampus UI, waw kampusnya ijo banget, banyak banget ditanam pepohonan, jadi hawanya sejuk, selain itu terdapat banyak peminjaman sepeda gratis kalo mau keliling-keliling kampus, ada juga bis go green-nya loh. Nah kampusnya sih lagi sepi soalnya kan pada libur kuliah, tapi justru dipenuhi oleh mahasiswa-mahasiswa asing, rata-rata mahasiswa dari Jepang, Korea, ada juga sih yang bule-bule yang sepertinya memperdalam bahasa Indonesia. Karena mereka berseliwiran di Fakultas Ilmu Budaya. Selain itu, dilanjutkan melihat-lihat jembatan teksas (yang menghubungkan fakultas Teknik & Sastra), dan juga ngeliat perpustakaan UI yang bentuk bangunannya unik banget, sebelum pulang, mampir dulu ke pasar depok UI yang berada di bawah jalan rel kereta api! Jadi kalau ada kereta api lewat goyang-goyang gitu, tapi untuk yang klaustrofobia ga papa, soalnya cuma sebagian aja kok tokonya yang pas di bawah rel kereta yang gelap.

Dufan, Ancol, Gramedia Matraman: Yah pada tahulah ya di Dufan dan Ancol ngapain, waktu kami ke sana sayangnya angin lagi kenceng banget disertai hujan.

Kota Tua: Nah ini yang kami kunjungi sebelum beranjangsana ke Cipayung (daerah TMII) dan Tangerang, Kota Tua ini merupakan kumpulan bangunan tua dan bersejarah yang masih dilestarikan #lengkapnya baca khusus tentang Kota Tua ya.

Hm..secara garis besar tempat-tempat itulah yang saya kunjungi dalam seminggu. Always, too many places to go and so little time.

re-Unite


Liburan kali ini (err..anggap saja begitu) saya dan sahabat-sahabat saya janjian untuk ketemuan di ibukota negeri ini. Djakarta. Sunda Kelapa. Batavia. Jakarta. Atau bahkan Jekardah sebutannya. Kebetulan salah satu sahabat saya tinggal disini, dan di Jakarta Pusat! Yang bener-bener dipusat dan mudah kemana-mana. Selain itu, saya juga janjian reunian dengan sahabat saya yang dari Korea dan Malang. Jadilah kami bertemu disini.

Apa saja yang saya lakukan disini dan ke mana saja saya selama seminggu di kota ini?

Jujur saya yang traveling addict tidak terpaku pada satu tema perjalanan, well, ada banyak tipe traveler kan? Ada yang mesti traveling ke tempat yang sepi seperti gunung, ada yang mesti traveling ke tempat yang terkenal dengan shopping center-nya, ada yang mesti ke tempat yang penuh misteri, ada yang mesti ke pantai, ada yang mesti ke tempat-tempat terkenal yang jadi objek turis pada umumnya. Saya termasuk tipe : Yang penting jalan!

Terakhir saya ke Jakarta hanya karena ada beberapa urusan dan ikut orang tua saya dinas dan hanya dalam waktu yang sangat singkat sehingga saya belum pernah sampai menelusuri kota metropolitan ini.


Yang pertama saya lakukan disini adalah reunian! Bertemu dengan sahabat-sahabat saya, saya sendiri terakhir menemui mereka masing-masing dua tahun yang lalu:

Rizu: ini tuan rumah kami selama di Jakarta, kami tinggal dan ngelintah di rumahnya, dia lagi sibuk praktek di klinik, jadi kalo pagi dia di klinik ampe siang terus siang atau sorenya setiap hari kita ketemuan di suatu tempat untuk lanjut ngeceng. Jadi saat subuh hari, saat saya dan Wendy masih terlelap dia sudah siap-siap untuk pergi ke klinik, dan setiap pagi kami briefing dengan mamanya tentang mau kemana hari ini dan how to get there, sambil tetep sms-an, bbm-an sama Rizu sebagai pemantau. Riwayat travelingnya udah sampe ke negeri favoritnya, Jepang. Dia juga udah jauh ampe ke Papua. Dua tahun lalu kami pergi menaklukan Bali. Sahabat saya ini sangat terorganisir dan cepet dalam menghitung uang kembalian, karena latar belakangnya yang jago fisika (bener!), dan jago berenang. Idola abadinya adalah Hello Kitty.

Angga: sekarang lagi kuliah di Korea, dia sahabat saya yang udah mengantongi tiga kewarganegaraan, karena dia hoki banget dalam mendapatkan beasiswa alhasil jadilah dia sudah memutari separuh bola dunia. Suka banget ngaku baby face. Dua tahun lalu sebelum dia pindah ke Korea, dia mengunjungi saya di Makassar, sehingga kami sama-sama menaklukan Makassar. Sahabat saya ini orangnya nyante banget dan..gak pernah serius. Serius sih kalo uangnya hilang atau nyasar.

Wendy: Dapet uang dari kerja proyek freelance-nya, maklum mbak-mbak arsitek. Kalau jalan sama dia serasa emak-emak, karena…dia suka minta digandeng! Paling males kalau dia disuruh jalan kaki dan paling ga tegaan. Bayangin, dia merengek-rengek minta naik taxi argo yang muahual dari Kemayoran ke Lebak Bulus, dengan alasan gak sanggup liat saya bawa backpack yang gede banget naik busway, gendeng! Untung aja saya berhasil meyakinkan kalau nanti argonya bisa ampe jutaan, sehingga mengalahlah dia dan kami naik busway! Paling suka shopping, jadi kalau jalan kaki sama dia, iming-imingi saja di depan ada shopping centre barang yang murah dan unik-unik maka dia semangat jalannya. Terakhir ketemu di waktu saya traveling ke Malang, dua tahun lalu sehabis dari Bali.


Nah, asik-asik kan sahabat-sahabat saya? Kalau masalah usil atau jahil semuanya sih jago, dan kami semua pacalla (istilah orang Makassar, kalau suka ngomentarin orang).

Yang paling lama ga ketemuan ya si Angga, Rizu, ma Wendy, sembilan tahunan gak ketemuan.

Dan satu kesimpulannya, we never grow up haha. Still with same acts, same feeling when we were still in high school.

11/26/11

Penghujung Tahun 2011


Sudah 26 November saja. Musim sudah mantap menjadi musim hujan, tidak lagi bingung dengan status pancarobanya. Setiap hari hujan, langit gelap, diikuti suara keras dari langit.
Dan, fase kehidupan juga ikut berubah.
Memasuki fase lainnya.
Ucapan-ucapan selamat mengenai berakhirnya masa studi pun semarak, undangan-undangan pernikahan dari teman-teman saya pun berdatangan, silih berganti.
Di media sosial pun, teman-teman saya ramai mengunggah foto-foto wisudanya, foto-foto pernikahannya, hingga status-status yang bertema pernikahan, beberapa teman saya yang telah menikah juga mengunggah perkembangan foto-foto bayi mereka. Bayi si A sudah bisa makan sendiri, bayi si B sudah bisa berjalan, bayi si C mengalami pertumbuhan gigi pertamanya.
Kehidupan.
Saya pun, memasuki fase masa studi telah berakhir. Segala urusan mengenai skripsi, ujian sidang, dan hal-hal lainnya telah terselesaikan. Namun, wisuda kelulusan di kampus saya masih sebulan lagi.
Dulu saya sering berpikir, apakah alur kehidupan akan seperti itu saja? Sekolah selesai, kuliah selesai, kerja, menikah, dst, dst… seperti itukah? Inikah alur standar yang ada selama ini?
Hujan menjelma badai.
Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi kemudian hari. Betapa banyak hal yang terjadi dan yang mesti terjadi lagi sebagai penanda sebab akibat dari fase kehidupan.
Entahlah, musim yang seperti kehidupan, atau kehidupan yang seperti musim, yang terus menerus bergerak, berganti, dan berkembang untuk keseimbangan hukum alam.
Apapun itu, selamat menikah, selamat wisuda, dan selamat menjalani fase kehidupan selanjutnya..

10/3/11

Cerita tentang skripsi

Semua gara-gara skripsi.

Wah, hampir dua bulan ya ga ngepost. Okey. Semenjak habis lebaran, kembalilah saya ke penangkaran saya, kembali sibuk dengan rutinitas ngurusin skripsi. Skripsi yang saya tinggal liburan hampir selama kurang lebih dua bulan pun tetap pasrah menunggu kedatangan saya. Kata pertama yang terucap saat saya melihatnya adalah, 'Oh well, please be good!'

Apa sih yang susah dari skripsi? Beh! Pertanyaan sialan! Jangan harap nulis skripsi itu gampang.

Bab I: PENDAHULUAN (Bayangkan, untuk menemukan suatu latar belakang yang ilmiah asli gak gampang!, mesti jungkir balik, mesti buka buku, mesti rajin online, mesti nanya sana-sini, mesti cari yang beda, mesti dapet variabel penelitian)

Bab II: TINJAUAN PUSTAKA (Nah loh, kalo yang bikin lama di bagian ini adalah TRANSLATE!!a.k.a meerjemahkan, ampun-ampun deh bahasa Inggris ilmiah itu susahnya kayak mencet jerawat yang belum mateng)

Bab III: PELAKSANAAN PENELITIAN (Untuk bisa nulis di bab ini, beh prosesnya ga pendek, penelitian yang saya jalani butuh waktu berbulan-bulan dan tentunya ongkos yang tidak sedikit *hugsss)

Bab IV: PEMBAHASAN ( Hmm...kalo bagian yang ini lama ngeditnya, belum lagi mengolah data wuh, ampun-ampun saya, pake regresi, persamaan kurva baku, dan statistika)

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN (Kesimpulan ini harus koheren sama judul skripsi jadi yaa mesti mikir kalimat apa yang cocok)

DAFTAR PUSTAKA: (Ada dua jenis Van Couver atau Harvard..fiuhh, total saya mengerjakan daftar pustaka selama enam jam!!)

DAFTAR GAMBAR, TABEL, LAMPIRAN: Yang namanya ngatur-ngatur itu asli beribet!!!!misalnya bikin titik-titik buat di daftar isi pas di tab, terus buat rata kata, supaya katanya sejajar kalau judulnya kepanjangan...

Fiuuuhhhh...emang kalau diliat dari tulisan ini ga seberapa, tapi deritanya beeehh..jangan dibilang. Belum lagi kalo printer macet, alias tinta habis..ya sudah wassalam.

Nah proses selanjutnya adalah menghadap pembimbing! Jenjeng! Bayangkan, pembimbing kan dosen yang juga punya jam terbang tinggi, jadi ya mesti nunggu selese ngajar atau tunggu waktunya untuk bisa konsultasi, kalau sudah konsultasi, dicoret-coret, pulang deh untuk perbaikan, begitu terus siklusnya. Sampe akhirnya skripsi itu dikatakan layak untuk dipresentasikan. Kalau sudah, nah perbanyakan skripsi buat disebar ke semua dosen dan ngeprint skripsi buat dosen penguji.

Memang, no pain no gain. Ini semua proses. Tapi waaaaaa..bener-bener menguji kesabaran, keterampilan, emosi, kelihaian, ketelitian, kerajinan, dan semua-muanya.

Wajarlah, kalau lagi ngerjain skripsi sampe down, sampe desperate, sampe depresi, sampe mau nyemprot semua orang.

Jujur kalau saya, depresi ya saya curcol ma temen yang senasib, sama sahabat deket, sama orang tua, daaaaaaan buka foto-foto liburan hahaha...yang terakhir ga nyambung, tapi nyata saya lakukan, yah lumayan pereda stres, liat-liat buat nyemangatain diri sendiri, dan berjanji pada diri sendiri: hm..kali ini saya akan selesaikan mati-matian, tapi abis itu, saya akan kembali berlibur. mwahahahahahaha :)) #boleh dong ah...

8/24/11

Buta Huruf di Thailand



Sewaktu saya menginjakkan kaki saya di terminal Hat Yai, well, masih lumayanlah, saya tidak terlalu merasa “lost”, saya melihat beberapa tulisan Thailand dan bahasa Inggris bersamaan di papan pengumuman, dan promosi travel agent yang ditempel di terminal, jadi saya pikir, segalanya bakal mudah. Eit, keluar dari terminal, dengungan orang berbicara sudah semakin asing, dan semua petunjuk jadi dalam bahasa Thailand yang melungker-lungker itu. Waktu saya keluar terminal, supaya ga terlalu terlihat cupu saya memutuskan untuk diem alias duduk tenang di kursi terminal sekalian ngencengin tali backpack saya dan melihat situasi di terminal yang sebelas-dua belas aja ma terminal di Indonesia, yaitu banyak calo! Karena hal itu saya dan teman saya memutuskan untuk beli sim card lokal di toko terdekat dan sekalian bertanya pada bapak pemilik toko, yang dengan ramah memberitahu untuk menuju Phuket menggunakan bis yang terdapat di terminal lain dan untuk menuju ke terminal itu bisa menggunakan tuktuk dengan tarif 80 baht (menjadi 50 baht setelah ditawar). Sambil menikmati perjalanan dengan tuktuk, semakin hilanglah huruf-huruf yang saya pahami seumur hidup saya. Papan iklan, nama toko, papan nama jalan, semuanya dalam huruf-huruf Sanskrit! Yang saya hanya lihat dalam sastra jawa kuno dan..pelajaran sejarah waktu SMP! Alhasil jadilah saya buta huruf.

Sesampai di terminal, langsung beli tiket menuju Phuket dengan harga 344 baht di loket resmi, beruntunglah, ibu petugas loket menjelaskan dengan detail bis yang digunakan, lama perjalanan, dan perbandingan dengan bis lain. Oh iya, dia menawarkan dua jenis bis yang menuju Phuket, yang pertama bis biasa 275 baht (tidak ber-ac) dan lama perjalanan sekitar delapan jam dan yang kedua bis yang bertingkat dan ber-ac dengan lama perjalanan enam jam, ehm karena perbedaannya tidak terlalu signifikan akhirnya kami memutuskan bis kedua, wah lumayan bisnya. Bersih, ber ac, dan tertib pula.

Akhirnya bis pun menuju Phuket, dan…pemandangan yang terlihat adalah..foto raja ada dimana-mana! Saya pertama pikir itu adalah salah satu bentuk sisa-sisa kampanye politik, karena pada waktu itu Thailand baru saja melantik perdana menteri yang baru, dan yang terpilih adalah perdana menteri Thailand yang cantik itu. Ya meskipun, ada beberapa juga sih yang pasang foto ratu, tapi tetep, over all, yang menang foto si raja.

Karena kecapean akibat badan ngelungker semaleman tidur di kursi kereta kayak bekicot digaremin, alhasil begitu bis jalan beberapa kilometer saya dan teman saya ketiduran, dan saat tiba-tiba bangun, #zzziiing...bis kosong! Semua penumpang sudah turun, sempet panik juga.Hah? Kan perjalanan baru dua jam, masa' sudah sampe, apalagi berhentinya di terminal gitu, untunglah ada mas-mas yang tiba-tiba nyamperin kursi kami, dan bertanya dalam bahasa inggris apakah kami menuju Phuket, dan dia menjelaskan bahwa, kami harus berganti bis karena bis ini mengalami gangguan, wah untungnya, bis yang sama persis sudah menunggu di belakang bis ini. Salut!

Selama perjalanan, saya dan temen saya selalu dikira orang Thailand dan beberapa kali pramugari bis menghampiri kami dan berbicara bahasa Thai pada kami, kalimat andalan kami adalah : “Phood Thai mai dai” yang artinya “saya ga bisa ngomong thai” hehe. Setelah itu, mulailah satu bis tahu kami bukanlah orang thailand, dan beberapa penumpang juga membantu kami dalam menerjemahkan bahasa Thai kalau-kalau si pramugari mengumumkan nama kota yang dilewati. Saya bilang pramugari karena, petugas bisnya memang berseragam rapi loh, dan ramah meskipun dengan bahasa inggris seadanya tapi saya sangat salut untuk usaha mereka memuaskan penumpang.



Nasib oh nasib buta aksara dan buta bicara di negeri orang.